Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2014

Pecundang

Dia selalu menang. Aku tak pernah bisa mengalahkannya kalau soal kata-kata. Dia pasti jadi yang paling benar. Ah! Dasar Perempuan! Tak tahukah dia jika aku sudah berusaha? Makhluk yang paling susah kumengerti. Ketika kukatakan aku ingin pindah ke tempat yang lebih baik. Aku ingin mendapat posisi yang bagus. Hanya bertambah beberapa jam saja jarak dengannya. Dia justru merajuk tanpa ampun. Dan sekarang dia menuntutku untuk memenuhi permintaannya yang tidak penting. Harus. Kalau tidak dia pasti mengataiku habis-habisan. Aku ini selalu salah di matanya. Dia sekarang sedang menuntut. Dan ia kembali merajuk. Kali ini marah. Aku bertanya padanya apakah dia kecewa. Dan ia menjawab iya. Lalu kukatakan padanya untuk cari saja lelaki baru sana. Dan ia pergi. Tiba-tiba sebuah tangan tak kasat mata berhasil menyentilku dengan sangat tepat. Aku menyadari. Bahwa tidak ada satu pun pintanya yang benar-benar kupenuhi.

Tentang Ayah

Kali ini aku memilih gerbong campuran dalam perjalanan pulangku. Jam sebelas malam. Mayoritas penumpang kereta listrik ini adalah lelaki. Sebagian pemuda, sebagian para pemilik wajah kebapakan. Ah! Begitu banyak lelaki di sekelilingku saat ini. Tapi tidak ada satu pun yang cocok untuk bisa kujadikan ayah pengganti. Aku tak akan memilih sembarang lelaki. Huft! Aku kembali teringat dia karena mimpi semalam. Aku bermimpi ibu balikan lagi dengan dia yang bahkan sekarang entah di mana. sudah di surga, neraka atau masih bebas bernapas di dunia? Tapi itu hanya mimpi, sih. Yang kebetulan kualami dan membuat ingatanku terputar kembali. Bagaimana pun aku sempat punya masa-masa bersama dia selama delapan tahun pertama hidupku. Tapi hanya beberapa kenangan tidak penting saja yang justru tak perlu kuceritakan di sini. Kenangan tidak penting yang selalu melekat. Ya, selain bekas luka sudutan rokok yang sampai sekarang masih tersisa di tangan kiriku, ternyata ada juga yang mampu memutar ulang kena

Lelaki yang Paling Sulit Dicintai

Seorang lelaki yang sayang padamu tidak akan mampu berjauhan lama denganmu. Seorang lelaki yang mencintaimu tidak akan pernah meninggalkanmu setelah mendekatimu. Jika berjalan dia akan selalu menyamakan langkah denganmu. Jika berlari dia akan selalu mengimbangimu. Dia ingin selalu ada apa pun keadaan yang dihadapi. Seperti apa pun situasinya. Semua doktrin itu telah melekat padaku. Tidak ada yang bisa mengeditnya. Tidak ada kata kepergian untuk kembali. Tidak ada kata berjauhan demi mencari setumpuk uang untuk membeli rumah dan selingkar cincin. Aku tidak perlu ikatan berwujud dunia. Aku tidak perlu dilegalkan semua orang. Dan kau tahu? Bahwa tidak ada kata berpisah demi mempersiapkan masa depan yang baik. Kau masa depanku dan aku yang seharusnya menjadi masa depanmu. Ada kita di sana. Tidak ada yang lebih baik bagi sepasang pecinta kecuali sebuah kebersamaan. Aku tahu itu semua. Kau juga. Aku telah mengatakan seluruh poin impianku padamu. Aku pastikan kau mendengar detailnya kala

Balada UASUI: Sleep Paralysis

Pagi tadi aku baru akan berangkat tidur ketika azan subuh berkumandang. Hah. Lelah. Tapi untungnya makalahku telah rampung dengan baik. Aku menunaikan solat baru kemudian merebahkan diri. Ah. Baru akan terpejam mendadak aku berfirasat jika gangguan tidur itu pasti akan datang lagi. Semenjak mulai kuliah aku sering sekali mengalami sleep paralysis . Biasanya aku sering mengalaminya ketika masa-masa ujian seperti sekarang ini.  Sleep paralysis adalah gangguan tidur yang muncul karena keadaan otak dan tubuh yang tidak sinkron. Kalian pernah mengalaminya juga? Itu lho, sesuatu yang sering disebut dengan istilah tindihan. Kau akan merasa seolah-olah tidak bisa bergerak dan sulit bernapas ketika akan bangun dari tidur. Dan bersamaan dengan itu akan muncul bayangan yang seram. Kau merasa sudah berteriak untuk meminta tolong namun tidak ada apa-apa yang terjadi. Seolah usahamu sia-sia. Tadinya kupikir itu memang terjadi karena gangguan dari alam lain. Tapi ternyata ada penjelasan ilmiah

#DRAFT "June and Julian"

Lomba Novelet UNSA Tema: Life is beautiful June Aku seorang anak selebriti ternama yang disembunyikan dari mata dunia. Ibuku sampai kini tetap mengaku masih lajang. Ayahku yang seorang pendaki sampai kini tidak tahu keberadaanku. Ia bahkan tak tahu aku pernah dilahirkan. Masa muda mereka dulu penuh dengan kebebasan. Dan aku hadir tanpa diduga. Mungkin aku tak pernah diharapkan. Entahlah. Sebab aku tak pernah mendengar sebabak pun kisah cinta mereka. Entah aku lahir karena cinta atau hanya sebuah kesalahan. Tapi di sini aku sekarang. Berada jauh dari mereka berdua. Terdampar selama-lamanya. Aku diasingkan ke sebuah pesisir yang terletak di sisi selatan pulau Jawa. Tubuh mungilku sewaktu bayi dititipkan ke sepasang suami istri tua, Kek Mar dan Nini. Aku tumbuh dengan asuhan mereka berdua. Ibu sesekali mengunjungiku, meski masih bisa dihitung jumlahnya sampai aku berumur sembilan belas. Ia selalu datang membawa gemerlap kota yang memuakkan bersamanya. Orang yang memberiku kes

Lelaki Pecandu Kata

Tanpa sadar aku terus memperhatikan lelaki itu. Ia terus-terusan membuat tingkah yang aneh sejak mataku menangkap keberadaannya. Aku sedang di tepi danau. Duduk di antara bangku-bangku semen yang banyak tersedia. Tak jauh di sebelah kiriku, di situlah lelaki itu berada. Ia sama sepertiku. Sedang duduk-duduk menikmati pemandangan danau. Satu hal yang menarik perhatianku untuk terus memperhatikannya adalah tingkahnya yang tidak biasa. Ia tidak bisa diam. Pertama aku melihatnya sedang berusaha melemparkan batu ke danau dengan cara yang aneh. Sepertinya ia sedang mencoba untuk membuat batu itu seolah bergulir di atas air danau. Dan ia sesekali berhasil setelah puluhan kali percobaannya. Ia orang yang gigih. Kedua aku melihatnya mengeluarkan sebuah notes tak bergaris. Ia menulis di sana. Gerakan tangannya begitu cepat. Aku kagum. Dalam waktu lima menit ia sudah membalik halaman notes -nya. Kupikir ia adalah seorang penulis atau semacamnya. Lelaki biasa jarang sekali membawa-bawa n

Perang Batin

Oh, aku benar-benar sedang dalam masalah. Ide-ide itu beterbangan di atas kepalaku bagai selusin kupu-kupu. Aku harus menangkapnya dengan jaring imaji lalu memerangkapnya dalam tulisan. Tapi apa yang kulakukan sekarang? Tubuhku seolah menolak untuk bangun. Ia masih berguling-guling dalam kantuk. Gila! Virus malas menjangkit di mana-mana. Aku menoleh pada kertas-kertas fotokopian yang berserakan di lantai. Bahan-bahan yang masih belum bisa kumaknai itu melambai-lambai. Tes. Aku muak. Kutoleh dinding di sebelah kiri. Begitu banyak kertas peringatan yang menempel. Deadline-deadline tanggal yang indah. Menggiurkan. Howaaaaa! Aku serasa ingin berteriak. Mengapa ya hidup ini selalu dihadapkan pada pilihan? Padahal sebenarnya memilih itu tak semudah menemukan. Tugas. Tulisan. Makalah. Novel. Lulus. Lolos. Tes. Revisi. Gila! Mampus!

Sang Pendosa Cinta

Aku datang kembali hari ini. Bukan untuk memberi harapan. Juga bukan untuk berlutut mencium kaki May. Aku hanya berkunjung menengok dosa dari jauh. Keadaan May tak lebih baik dari sebelumnya. Ia masih terbaring telentang di ranjang itu. Matanya terpejam. Entah memang tidur ataukah dipaksa tidur. Tangannya terikat dengan kain di kedua sisi ranjang. Bukan perawat May yang keterlaluan tapi memang itu dilakukan demi keselamatan May. Ia sudah keterlaluan dalam menyakiti diri sendiri. Ah, May. Perempuan ini sudah terlalu membenci hidup. Kuperhatikan setiap jengkal dari keempat sisi ruangan. Ada tulisan baru di sana, di antara umpatan dan makian May terhadap lelaki yang dianggapnya makhluk terkutuk. Tulisan tangan May dengan darahnya sendiri. Huruf-huruf kacau berwarna merah itu nampaknya belum kering benar. Damn! Aku mengutuki perawat yang telah lengah mengawasi May. Mereka terlalu teledor. Sebelum ini May adalah perempuan paling tegar yang pernah kutemui. Hampir seluruh masa hidupnya ia