Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Dua Puluh Dua

Beberapa hari lalu gue ulang tahun yang ke-22. Begitu banyak ucapan, doa dan persemogaan yang diucapkan oleh orang-orang— lebih dari ketika gue punya pacar . Seneng rasanya! Bukankah hadiah terbaik adalah doa yang tulus? Gue tahu gue udah semakin dewasa. Udah siap nikah lahir batin, Mas ! Jatah napas gue udah semakin berkurang. Dan mulai di usia ini gue menjadi benar-benar banyak belajar. Semua kejadian, masalah, pertemuan dan perpisahan yang gue alami menjadi buku diktat gue, menjadi guru terbaik. Dan lagi, gue nggak tahu kenapa, di usia gue yang udah lebih dari seperlima abad ini, begitu banyak orang baru yang datang dalam hidup gue. Maaf bukannya sombong . Kehadiran mereka juga mengambil peran dalam proses pendewasaan gue. Dengan mengenal lebih banyak orang, sedikit-banyak gue bisa belajar membaca orang. Termasuk lelaki-lelaki yang kadang nggak jelas arahnya . Gue rasa itu satu sisi yang menyenangkan! Ternyata orang itu memang lebih bisa menjelaskan tentang seseorang yang d

BAPER TAK TERBENDUNG (Curhatan Jomblo Newbie #Part 3)

Pasca nikahan Glenn-Chelsea gue merasa apa banget ini hidup. Ya lo tau sendirilah gimana kerennya nikahan mereka. Dream wed — no,no, no — fairytale wedding katanya! Tadinya gue bilang sama diri sendiri gini, “gilak, Des! Lo nggak boleh baper! Mereka berhak mendapatkannya! Mereka udah delapan tahun bersama, Njirrr !” Durasi pacarannya udah kek kredit rumah aja! Alah dulu gue juga hampir segitu . Hubungan mereka menyadarkan gue bahwa di dunia ini memang masih ada lakik yang sama sekali nggak mirip babi atau satwa lainnya. Tuhan, kirimkan lelaki setulus Glenn Alinskie dalam tubuh dan wajah Song Joong Ki! (AMIN) Nikahan mereka bikin gue baper sebaper-bapernya. Tadinya, bahkan gue udah berniat untuk nggak mikirin pacaran lagi. Bukannya gue udah kebal dengan julukan jomblo dan segala hina-dina itu. Bukan. Gue tetep nggak kuat sih sama kutukan ini. Ya lo pikir aja ! Gue nggak mau mikirin pacaran lagi karena gebetan gue emang nggak ada yang jelas. Tapi karena nikahan mereka—yang bikin g

Cewek Korean Gue (Sepenggal Kesan tentang Dedare Sukeraje)

  Selamat pagi para pejuang penantian! Ciyeee yang lagi menanti-nanti sang pujaan hati… Sabar ya! Kalo kata gebetan gue, “sabarmu akan berbuah manis, Dik.” Tapi yo embuh asline yo, Mas ? Pas banget, kali ini gue mau cerita nih soal seseorang yang juara banget kalo soal urusan pernantian. Menantikan kehadiran sang jodoh misalnya. Ya gimana enggak, secara dia pemegang rekor menjomblo terawet di antara kita bertiga. Cewek yang nggak pernah galauin cowok. Nggak kek gue dan Cimut yang sering banget galau. Gapapa sih, asal nggak galauin lakik orang. XD So, ladies and gentlemen , mari kita sambut kedatangan dedare Sukeraje kitaaaa… Rika!   Rika gue ini adalah anak keempat dari empat bersaudara. Terus gue nggak tahan gitu deh buat nggak nyeritain sedikit hal ajaib tentang keluarganya. Jadi nama bapaknya Rika ini—yang sangat merepresentasikan hobinya, yaitu ngejailin anaknya sendiri dan teman-temannya yang dateng ke rumah—adalah Bapak Jailani. Emaknya nggak pernah terkalah

Cewek Setrong Gue (Sepenggal Kesan Tentang Gadis Minang Kesayangan)

Kuliah di kampus yang menyandang nama negara ini, membuat gue banyak kenal sama orang-orang yang berasal dari berbagai suku. Indonesia kita ini kaya, Men ! Multikultur! Mau nyari pasangan model gimana juga ada. Lebih banyak pilihan. Tapi lebih susah juga sih nebak-nebak siapa jodoh kita sebenernya. Pe-er banget dah nebak-nebak jodoh . Pokoknya gue bangga sama Indonesia tercintah! Nah, di bagian ini gue mau menceritakan seseorang yang tiga tahun belakangan ini deket banget sama gue. Ya jelaslah bukan pacar . Dialah gadis Minang gue. Namanya Mutia. Lebih sering dipanggil Cimut. Dialah cewek setrong gue. Yang bisa menahan badai PHP dan terpaan angin harapan. Alah... Meski gue dan Cimut beda suku, tapi kita berteman layaknya Teletubies. Iya, cuma dia yang sering peluk-peluk dan mau gue peluk-peluk. Kalo Rika mah sok-sokan nggak mau gitu. Padahal sama-sama nggak ada yang peluk juga . Mungkin terlalu lama berteman sama mereka adalah salah satu penyebab kenapa gue ketularan j

KOK JADI MAINSTREAM GINI? (Curhatan Jomblo Newbie #Part 2)

Minum susu cokelat dulu biar kuat nyinyir... Deuh gue nggak tau kenapa tulisan gue jadi berubah mainstream dan random gini. Sejak mbaca blognya Misterkacang, ngubek-ngubek jombloo.co dan mojok.co (ciyeee bacaannya jomblo gitu amat) gue jadi ter- influence gaya nulis orang-orang gendeng macam penulis-penulis ini. Tambah lagi kemaren gue mbaca blognya si Keristiang yang susah gitu move-on dari Tata (deuh malah apal).  Ohiya, karena disponsori oleh si Coro (nama laptop gue yang beratnya kek bayi umur enem bulan) gue tinggalin di tempat Bude di Jakarta, gue ngetik dari HP nih. Jadi maap-maap kalo berantakan (kayak kisah cinta gue). Mau mbaca ya sukur, mau setop ya awas aja nyesel. Jadi gue mau ngomongin diri gue yang tiba-tiba berubah mainstream . Gue jadi jomblo ( mainstream banget kan?) dan gue jadi nulis-nulis tentang jomblo jugak. Sebab kenapa gue jomblo sudah gue uraikan dengan gamblang di belakang noh. Jadi nggak usah dibahas (takutnya entar lo gumoh). Iya gue

PUTUS GITU DEH! (Curhatan Seorang Fresh-jomblo #Part 1)

Let’s take a deep breath … Rasanya kek udah sewindu gue nggak nulis blog. Gue nggak bakalan banyak alesan sih. Karena alesannya emang cuma satu: males. Gue punya banyak waktu (secara gue fresh -jomblo) dan punya banyak cerita (curhatan pribadi). Tapi saat mau nulis barang secuil cerpen pun, gue langsung ketimpa hawa males itu sendiri. Mungkin keadaan ini disponsori oleh gaya nulis gue yang belakangan selalu berbau romance dan drama. Ya, gue akui bahwa gue kepengaruh sama keadaan hati (pas lagi bahagia- long time ago ) plus drama-drama Korea yang sukses bikin gue lupa makan, mandi, bahkan bobok. “Ah udahlah, Des, nggak usah banyak cingcong. Jujur aja kalo lo habis putus.” Tiba-tiba sebuah suara gaib membuat gue melirik ke sudut-sudut kamar. Iya, gue emang baru putus lima-enam bulan lalu. Iya, sama pacar-lima-tahun yang selalu gue banggain itu. Tapi sudahlah. Nasi sudah menjadi bubur (tinggal tambahin ayam suwir, bawang goreng sama kuah opor) buat sarapan. Puj

Bukan Waktu kita

Aku masih tak percaya diriku sampai di tempat ini. Langkah kakiku kian berat karena mendengar denting piano yang kau mainkan dengan apiknya. Aku hafal benar melodi itu. Kau selalu memainkannya untukku sampai pada beberapa waktu lalu. Waktu itu, kita masih dua orang bebas yang tahu bagaimana harus bahagia. Sedangkan kini, sepertinya hanya kau orang yang tahu bagaimana harus bahagia. Tidak denganku. Karena kata bahagia telah kehilangan maknanya sejak kau melangkah keluar dari lingkaran semu yang kita buat atas nama persahabatan.             Berkali-kali aku mengutuki diriku sendiri. Bagaimana bisa aku mempunyai perasaan bodoh seperti ini. Perasaan bodoh yang terlambat kusadari. Hingga akhirnya aku harus jatuh cinta sendirian. Sementara kau jatuh pada hati yang lain. Dan kini, kau mengundangku ke sini untuk menyaksikan semuanya. Hal yang paling tidak ingin kulihat dalam sejarah kehidupanku. ***             Sudah dua hari sejak pengakuan itu aku hanya duduk di atas kursi malas. Mata