Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2014

Doping

Seperti bintang yang punya cahaya masing-masing, aku percaya pasti setiap orang punya masanya sendiri-sendiri untuk berjaya. Ya, saat ini semua itu adalah milikku. Akulah bintang itu. Bayaranku paling mahal. Wajahku sering muncul di media mana pun. Seluruh tubuhku adalah papan iklan produk-produk kenamaan. Akhir-akhir ini perusahaan-perusahaan suka sekali memberiku produk-produk gratisan yang sedang laris di pasaran. Dengan semua itu jangan dipikir aku sudah punya semuanya. Tidak. Hidupku tidak sempurna. Aku sudah tidak punya Mama. Aku sepenuhnya menentang Ayah ketika memutuskan untuk merumput di lapangan hijau. Ayahku dulu penyerang yang hebat, tapi kemudian dipaksa untuk pensiun karena cedera parah. Beliau kemudian mati-matian melarangku bermain apa pun keadaannya. Ya tentu saja aku menolak. Sepak bola adalah kehidupanku. Oh, satu lagi hal yang menghilangkan kesempurnaanku. Aku tidak punya kekasih. Bukan karena manajemen yang melarang. Juga bukan karena Ayah. Cuma hatiku selama ini

Mesin Waktu

Pletak ! Sesuatu jatuh tepat mengenai kepalaku. Aku meringis kemudian mendongak. Rupanya buah tanjung yang jatuh dari pohonnya. Kuinjak buah itu sampai hancur dengan ujung sepatu. Sial! Buah sekecil itu bisa membuyarkan renunganku tentang sesuatu yang amat penting. Aku mengingat-ingat lagi sampai mana renunganku tadi. Seseorang bersepeda lewat di dekatku dengan kencang. Aku hampir terserempet oleh sepedanya kalau tidak berusaha mengelak. Kuhela napas dan mendengus. Aku harus sabar. Tunggu! Apa yang sedang kulakukan tadi? Sepertinya aku tengah memikirkan sesuatu, tapi bahkan aku tak ingat apa itu. Secepat itukah aku bisa lupa pada sesuatu yang penting? Pletak ! Aku kejatuhan lagi. Dan sekali lagi. Pletak ! Jangan-jangan tempat ini angker? Aku bergidik ngeri. Kupacu cepat-cepat kakiku meninggalkan sisi taman yang rimbun oleh pohon-pohon tanjung sialan itu. Tidak ada pejalan kaki selain aku di sekitar sini. Aku tak terlalu memperhatikan jalan di depanku hingga menabrak seorang perempu

Dialog Perabotan Usang

Bunyi gemerincing rantai menggema di seisi ruangan pengap itu, mengagetkan seluruh penghuninya. Dua orang penjaga yang lebih mirip tukang jagal menyeret tubuh ceking seorang perempuan. Tubuh setengah sadar itu dipasung kakinya lalu ditinggalkan begitu saja dalam keadaan tangan terikat. Wajah si perempuan penuh luka lebam. Seisi ruangan menatap dengan iba. Lalu mulailah mereka berdialog tentang seorang Marni. “Kali ini mereka sudah keterlaluan! Manusia macam apa mereka itu!” “Kita harus membantu Marni! Kalau begini terus dia bisa benar-benar gila!” “Ah, sudahlah. Itu urusan manusia. Kita hanya perabot yang tidak bisa apa-apa selain menyaksikan, Nyonya Kursi.” “Huh! Mendengar omonganmu barusan aku jadi merasa tidak berguna.” “Siapa bilang? Kita menyaksikan kejadian ini!” “Lalu setelah itu apa? Kita tetap tidak bisa membantu Marni.” “Kita akan bersaksi di hadapan Tuhan. Biarlah urusan dunia menjadi urusan manusia. Tapi bahkan aku yang hanya berasal dari sebatang kayu tak rela menye