Hujan kumohon Pergi
Rasa sakit dan
kecewa memenuhi langit hatiku. Aku tak tahu kapan persisnya pesawat itu jatuh
dan meledak hingga hancur berkeping-keping. Ya pesawat yang membawaku ke Seoul
di dalam mimpiku yang amat sangat indah namun menyakitkan itu telah jatuh ke
lautan. Ditelan ombak dan badai. Membuatku terlempar dari dunia yang ternyata
hanya kualami saat aku terpejam karena kantuk. Aku menangis tanpa mengerti
harus lakukan apa. Ya aku belum siap untuk menerima kenyataan. Rasa cinta aneh
yang tak tertahankan menyiksaku.
Dan kamu berada di dalam setiap kanvas di ruangan ini,
tersenyum. Selalu itu saja yang kamu lakukan. Dan. Bodohnya aku yang tak pernah
memintamu untuk merubahku menjadi benci terhadapmu. Aku senang dalam pedihku.
Aku tertawa-tawa sementara sebagian dari diriku menangis. Tapi kupikir untuk
apa terus menangis karena mimpi yang indah telah Tuhan tiupkan padaku.
Setidaknya aku merasa sedang dalam perjalananku menemuimu.
Mimpi itu membekas. Aku mengingatnya dengan sangat sempurna.
Hujan hujan dan hujan menemani. Lalu aku berjalan menghindar. Keluar dari
pandanganku pada kanvas-kanvas itu. Setengah berlari aku menuju tanah yang tak
dinaungi apapun. Air mata itupun menyatu dengan hujan yang masih saja indah.
Seperti sejak pertama aku mengerti bahwa setiap hujan memiliki arti.
Tapi hujan ini cukup sampai disini saja. Kumohon
berhentilah hingga tak menetes lagi. Aku ingin membuang sedih dan sakit. Aku
ingin lepas darinya dan kembali mencintaimu lagi dengan luar biasa. Aku akan
selalu memaklumi setiap senyum anehmu saat aku melakukan apapun. Karena bagiku
itu adalah segalanya.
Setiap Hujan Tidak Hanya Membuatmu Basah
Aku mengerti sekarang. Hujan hari ini seperti air mata
perempuan. Dalam perjalanan pulang dengan gaunku yang basah, aku melihat setiap
kenangan yang berhubungan dengan air mata. Terlalu banyak air mata yang telah
jatuh dari setiap perempuan. Bohong jika mereka bilang tidak pernah menangis. Perempuan lebih sering menangis karena hatinya.
Dan aku masih berjalan. Tiba-tiba di hadapanku terpampang
sangat jelas senyummu. Meski terkena air hujan yang beberapa saat lalu turun,
kau sangat memesona. Maut, kupikir. Potretmu bersama grand piano itu sangat
menarik mata setiap orang yang melintas. Aku membaca tulisan besar di
sebelahmu. “Konser Akhir Tahun. 2013”. Ya Tuhan! Kau akan datang. Benarkah ini?
Kau akan ke negeriku membawa wangi Seoul bersamamu.
Ya aku berterima kasih pada hujan yang mengajakku keluar
dari ruangan itu dan memberi tahuku akan kedatanganmu akhir tahun nanti. Sampai
jumpa sayangku.
To be continued..
Komentar
Posting Komentar