Daku terbangun lalu menangis meratapi kesadaran yang menelanku. Daku terlalu sombong akan cinta yang biasa saja. Terlalu lena akan dunia luar yang bisa bengis kapan saja. Daku ingin berteriak kenapa kesadaran itu menyapa di pagi-pagi buta. Kesadaran akan memilikimu yang semestinya pantas untuk sangat dijaga. Sementara selama ini daku terlalu pongah dengan kepemilikan akanmu. Tanpa peduli apa inginmu. Padahal bisa saja di luar sana seseorang telah dipilihkan untuk menggantikanku.
Daku hanya seorang manusia biasa. Yang punya rasa namun sering tak bisa memahami rasa. Yang kini mulai mempersalahkan diri ini. Yang mengaku memiliki namun sering tak bisa menjaga. Yang hanya bisa percayai namun tak bisa melihat. Please... Jangan beri daku mimpi. Beri daku keyakinan bahwa diri yang kurang ini telah sepenuhnya diterima. Agar kita dapat sama-sama menjaga. Menjaga apa yang kau dan daku sebut sebagai cinta, Why. Pagi hari di tengah sepi.
Pepohonan hampir menyembunyikanku dari keramaian. Aku sudah berlari cukup jauh. Untung saja aku adalah mantan atlet atletik di kampus dulu. Sebuah menara kini menjulang di hadapanku seolah bangunan itu baru saja muncul di sana. Sepertinya menara itu bekas mercusuar. Oh, yeah. Aku sekarang benar-benar mirip seorang Rapunzel. Memakai gaun lebar, heels , tiara cantik, dan menemukan sebuah menara. Apa aku juga harus memanjatnya? Saat ini aku sedang dalam pelarian. Aku kabur dari pernikahan pantaiku. Apa lagi kalau bukan karena lelaki yang menjadi pengantinku adalah bukan yang kuinginkan. Sumpah demi Tuhan pernikahan itu memang impianku. Pernihakan tepi pantai yang serba putih dan berpasir dengan bau laut yang segar. Siapa sih yang tidak menginginkannya? Tapi pada menit-menit terakhir sebelum prosesi aku memilih kabur dan menghilang dari mata hadirin. Aku tidak ingin menghabiskan sisa hidupku dengan...
Komentar
Posting Komentar