Langsung ke konten utama

Cewek Setrong Gue (Sepenggal Kesan Tentang Gadis Minang Kesayangan)




Kuliah di kampus yang menyandang nama negara ini, membuat gue banyak kenal sama orang-orang yang berasal dari berbagai suku. Indonesia kita ini kaya, Men! Multikultur! Mau nyari pasangan model gimana juga ada. Lebih banyak pilihan. Tapi lebih susah juga sih nebak-nebak siapa jodoh kita sebenernya. Pe-er banget dah nebak-nebak jodoh. Pokoknya gue bangga sama Indonesia tercintah!

Nah, di bagian ini gue mau menceritakan seseorang yang tiga tahun belakangan ini deket banget sama gue. Ya jelaslah bukan pacar. Dialah gadis Minang gue. Namanya Mutia. Lebih sering dipanggil Cimut. Dialah cewek setrong gue. Yang bisa menahan badai PHP dan terpaan angin harapan. Alah...

Meski gue dan Cimut beda suku, tapi kita berteman layaknya Teletubies. Iya, cuma dia yang sering peluk-peluk dan mau gue peluk-peluk. Kalo Rika mah sok-sokan nggak mau gitu. Padahal sama-sama nggak ada yang peluk juga. Mungkin terlalu lama berteman sama mereka adalah salah satu penyebab kenapa gue ketularan jomblo. Eh tapi soal Cimut ini gue nggak tau sih dia sebenernya jomblo apa gimana. Kadang-kadang keliatan kek punya pacar. Kadang-kadang  keliatan ngenes.

Gue membuat tulisan ini karena emang udah lama pengen nulis tentang orang-orang tersayang gue di perantauan dan karena request dia juga sih. Masak dia cemburu (so sweet banget yaa!) karena gue cuma nulis nama Rika kemaren-kemaren. Ya emang Rika lebih bully-able sih. *ketawa setan* Hai, Cim! Pokoknya tulisan ini gue dedikasikan buat lo seorang. Because you’re so special pake telor.

Cimut ini orangnya jujur banget. Dia nggak bisa bohong gitu. Termasuk sama cowok. (Look! Istri-able banget kan?) Padahal gue udah bilang nggak apa-apa bohong dikit sama cowok. Toh mereka bohongnya banyak. Jadilah dia sering beranten sama cowok-cowoknya karena ketidakbisaan berbohong itu. Pokoknya dia terlalu jujur. Cowok mah gitu ya. Dijujurin marah, dibohongin marah. Pas ketauan bohong marah-marah sendiri.

Satu hal yang bikin gue sayang banget sama Cimut adalah kesetiaannya. Gils! Gue sebenarnya bukan teman yang baik. Gue sering membuat teman-teman gue menunggu karena sifat gue yang kelewat selaw. Terutama di pagi hari. Gue itu selalu memanfaatkan waktu tidur dengan sebaik-baiknya. Intinya gue nggak akan mandi sebelom waktunya. Sementara teman-teman gue ini selalu siap duluan dan ngampirin gue di depan kosan. Maka Cimut dan Rika akan menunggu gue seberapa lama pun itu. Cimut juga selalu nungguin gue di setiap suasana. Padahal lo tau kan menunggu itu nggak enak?

Cimut gue ini, harus jalan-jalan kalo lagi galau atau bosen sama rutinitas. Pokoknya dia nggak bisa stress. Dan dia yang paling sering homesick. Ohiya, dia itu anti-deadliner sejati. Apa maksudnya? Dia nggak bisa tenang kalo tugas belom selese dikerjain. Padahal DL masih lama. Nggak kek gue yang berbeda 180 derajat.

Cimut adalah cewek yang selalu bikin gue bingung saat dia ketawa atau nangis. Karena hampir nggak bisa dibedain. Tapi gue pastikan bahwa gue nggak akan bikin dia nangis. Gue akan selalu membuat dia ketawa. Nggak kek elo-elo yang suka bikin cewek menangis dalam tawa.

Kebiasaan-kebiasaan Cimut. Hmmm… Banyak banget hal-hal ajaib yang gue tau dari Cimut. Dia itu sering merhatiin orang. Merhatiin dalam artian melototin orang lama banget sampe kek mau ngajak berantem. Dan dia nggak sadar kalo udah melakukan hal itu. Terus dia itu suka ngitungin anak tangga gitu. Satu lagi yang ajaib dari Cimut. Dia itu kalo ngeliat cowok Teknik/FIB yang make jins belel, kecokelat-cokelatan, keitem-iteman, ato keijo-ijoan, bawaannya pengen nyuciin itu jins. Begitupun kalo ngeliat cowok gondrong, lepek, awut-awutan, bawaannya pasti mau ngeramasin.

Salah satu hobi Cimut adalah nyuci. Dia nggak bisa belajar kalo cucian belom beres. Pokoknya kalo mau UTS ato UAS, hal pertama yang dia lakukan adalah mencuci. Dan dia juga suka banget kerapian. Kamar Cimut adalah kamar paling rapi sedunia. (Sorry to say, Rik!) XD

Sama kek gue yang sampe sekarang belom bisa menerima roti isi daging. Apalagi makan roti pake caos. Kampungan. Cimut nggak bisa makan makanan yang “aneh”. Bisa makan makanan yang ada mayonesnya adalah suatu achievement buat dia. Dia partner gue pokoknya kalo soal makanan. Kalo dia bilang itu bisa dimakan, berarti gue juga bisa makan. Thanks God karena gue dipertemukan sama Cimut. Berkat dia gue bisa ngerasain the real rendang yang bau tangan emaknya.

Bedanya gue sama Cimut kalo soal makanan itu, dia nggak bisa makan tanpa sambel. Sementara gue nggak bisa makan tanpa kecap. Dia masih belom bisa nerima cara masak gue yang pake gula di setiap masakan. Dia juga belom bisa nerima bahwa telor dadar dicampur kecap adalah telor terenak sedunia.
Cimut suka warna ijo. Pokoknya apa aja yang ijo. Apalagi sambel ijo. Dia juga suka sama kodok kero-keroppi. Nggak ngerti lagi deh gue. Semoga teman gue ini suatu hari bertemu dengan pangeran kodoknya. Alah…

Gue dan Cimut sangat berbeda dalam hal tipe cowok idaman. Jadi kita nggak berpotensi buat saling nikung. Nggak tau deh kalo Rika. XD Cimut itu suka cowok-cowok pelaut gitu. Dia malah berencana mau ngambil skripsi tentang ABK. Total bet dah pokoknya. Sepenuh hati.

Masih ada banyak hal yang mau gue tulis tentang Cimut. Tapi sayangnya gue harus praktikum. Nanti-nanti gue bakal revisi lagi tulisan ini. Pasti makin banyak hal-hal ajaib yang gue temukan dari diri seorang gadis Minang kesayangan gue ini. Doain kita lulus bareng ya, Guys!

Jakarta, 30 September 2015
Adek yang lelah praktikum

Komentar

Postingan populer dari blog ini

My Wedding Dream

Pepohonan hampir menyembunyikanku dari keramaian. Aku sudah berlari cukup jauh. Untung saja aku adalah mantan atlet atletik di kampus dulu. Sebuah menara kini menjulang di hadapanku seolah bangunan itu baru saja muncul di sana. Sepertinya menara itu bekas mercusuar. Oh, yeah. Aku sekarang benar-benar mirip seorang Rapunzel. Memakai gaun lebar, heels , tiara cantik, dan menemukan sebuah menara. Apa aku juga harus memanjatnya?                 Saat ini aku sedang dalam pelarian. Aku kabur dari pernikahan pantaiku. Apa lagi kalau bukan karena lelaki yang menjadi pengantinku adalah bukan yang kuinginkan. Sumpah demi Tuhan pernikahan itu memang impianku. Pernihakan tepi pantai yang serba putih dan berpasir dengan bau laut yang segar. Siapa sih yang tidak menginginkannya? Tapi pada menit-menit terakhir sebelum prosesi aku memilih kabur dan menghilang dari mata hadirin. Aku tidak ingin menghabiskan sisa hidupku dengan...

Gadis Teh di Kedai Kopi

Secangkir espresso terhidang di atas meja. Aromanya sampai ke hidungku dalam sekejap. Kulirik sejenak tangan kurus yang baru saja meletakkannya. Aku lalu mencuri pandang sekilas ke arah wajahnya. Belum pernah kulihat pramusaji yang satu ini. Wajah bersih yang manis. Tiba-tiba aku teringat pada tokoh utama dalam novel yang sedang kutulis.             “Orang baru?” tanyaku tanpa menyudahi aktivitas membaca yang sejak tadi kulakukan.             Ia tak segera menjawab meski kutunggu hingga beberapa jenak. Kulirik ke bawah, tepat ke sepatunya. Ia masih di sana, bergeming.             Aku tidak biasa dihiraukan. Kutarik napas dalam-dalam seraya meletakkan novel di samping cangkir espresso yang masih mengepul. Kualihkan pandangan pada si gadis pramusaji. “Kau tak dengar pertanyaanku?” lemparku sekali lagi.   ...