Langsung ke konten utama

Cewek Korean Gue (Sepenggal Kesan tentang Dedare Sukeraje)



 Selamat pagi para pejuang penantian! Ciyeee yang lagi menanti-nanti sang pujaan hati… Sabar ya! Kalo kata gebetan gue, “sabarmu akan berbuah manis, Dik.” Tapi yo embuh asline yo, Mas?

Pas banget, kali ini gue mau cerita nih soal seseorang yang juara banget kalo soal urusan pernantian. Menantikan kehadiran sang jodoh misalnya. Ya gimana enggak, secara dia pemegang rekor menjomblo terawet di antara kita bertiga. Cewek yang nggak pernah galauin cowok. Nggak kek gue dan Cimut yang sering banget galau. Gapapa sih, asal nggak galauin lakik orang. XD So, ladies and gentlemen, mari kita sambut kedatangan dedare Sukeraje kitaaaa… Rika!


 
Rika gue ini adalah anak keempat dari empat bersaudara. Terus gue nggak tahan gitu deh buat nggak nyeritain sedikit hal ajaib tentang keluarganya. Jadi nama bapaknya Rika ini—yang sangat merepresentasikan hobinya, yaitu ngejailin anaknya sendiri dan teman-temannya yang dateng ke rumah—adalah Bapak Jailani. Emaknya nggak pernah terkalahkan berkat namanya: Ibu Win. Masakan emak Rika itu udah nggak bisa ditawar-tawar lagi. Sejak pertama nyoba ayam pelecingnya, gue langsung jatuh cinta gitu. Dan dia juga cerita tentang tetangganya. Nama tetangganya itu Man. Pas ditanya nama lengkapnya siapa, ternyata namanya Man of Steel. XD

Rika hobi banget nonton variety show dan drama-drama Korea. Sampe-sampe dibela-belain download make wi-fi kampus. Eh gue gitu juga sih. Gue ketularan ngikutin Running Man, WGM, Real Man, dkk itu karena dia juga. Btw, thanks ya, Rik! Lo sudah memperkenalkan gue sama Lee Seung Gi, Lee Jong Suk, Song Joong Ki, dkk sehingga kejombloan gue ini tidak begitu berarti dan ngenes. Salah satu alasan kenapa gue tahan dengan kejombloan ini adalah drama-drama Korea yang menuhin memori laptop dia.

Rika ini Elf—sebutan untuk fans Super Junior. Terutama si abang Dong Hae. Twitternya aja sampe dikasih nama @Rika4sj. Sorry, Rik, bagian ini nggak bisa dihapus. Tombol backspace gue rusak. Terus dia sekarang sadar alay gitu. Dan asiknya (muehehe!) itu username udah nggak bisa diganti lagi. Sudahlah anak muda, terima saja bahwa kita dulu pernah alay. Tapi Puji Allah masa itu sudah berlalu. XD

Rika takut banget sama ondel-ondel. Gue baru tau fakta ini belom lama pas kita jalan-jalan ke Monas. Dia sampe mau nangis gitu karena ada ondel-ondel yang nyamperin kita deket banget. Pas ditanya kenapa takut, kata dia itu serem dan gede banget. Padahal menurut gue masih sereman mantan apalagi yang ngedeketin lagi dan minta balikan.

Banyak hal-hal absurd yang gue dapetin dari diri seorang Rika yang asli made in Lombok ini. Dia ini orangnya polos banget. Pokoknya dia paling  nggak bisa nahan diri saat melihat hal-hal aneh. Dia pasti langsung nyeletuk dengan komentar-komentar yang ajaib. Contoh nih, pas gue sama dia papasan di jalan dengan sepasang muda-mudi, yang cewek dekil yang cowok setampan pangeran negeri dongeng, gue dan dia langsung berpandangan dan dia nyeletuk, “kok bisa??” sambil ketawa lebar. Terima saja, dunia terkadang tidak adil, kawan.

Rika paling sering masuk angin. Penyakitnya emang nggak elit banget sih. Pokoknya apa dikit langsung masuk angin. Tapi gue sedih gitu pas bulan lalu dia kena typus—penyakit sialan yang bikin orang sukses diet secara nggak langsung itu. Hal yang bikin Rika bahagia sekaligus galau waktu memutuskan mau apa (iya Rika emang nggak pernah galau soal cowok, tapi dia selalu galau soal yang satu ini) adalah makan. Makanya gue jadi sedih saat dia nggak bisa makan sate, ayam penyet dan nasi goreng.

Rikalah yang mengajari gue tentang arti sebuah kesabaran. Dia orang yang paling jarang marah. Sementara gue—dulu pas masih pacaran—sering marah-marah nggak jelas gitu. Iyalah, pacar gue dulu kan sering bikin emosi. Tapi karena Rika, gue bisa berubah jadi lebih baik. Setidaknya gue sekarang jadi orang yang lebih sabar. Termasuk sabar dalam menghadapi gebetan yang nggak jelas arahnya.

Rika ini setia banget. Dia kalo dapet rejeki nggak pernah lupa sama temen. Dia sering nraktir gue. Itulah salah satu alasan kenapa gue sayang banget sama Rika. XD Rika juga pernah lemparin selimut dari lantai atas pas gue pulang kemaleman dan kekunci di luar waktu gue masih satu kosan sama mereka. Sayangnya hingga berita ini diturunkan belom ada satu pun cowok yang menyadari kelebihan Rika ini.

Rika yang selalu ada ketika gue disakitin lelaki. Dia akan mengeluarkan kutukan-kutukan mautnya buat orang yang telah nyakitin gue. Nggak ketinggalan komentar-komentar ajaibnya juga—yang selalu bisa membuat gue lega. Pokoknya bersama teman kesayangan, segala kesedihan bakal berubah menjadi kebahagiaan. Walopun dengan cara ngetawain orang. Ketika gue bersama Rika dan Cimut, gue merasa hidup gue begitu berwarna. Tak apalah sementara ini jomblo, asal gue tetep bareng-bareng mereka. Keknya kita bertiga nggak akan bisa tua deh.

Nggg… Segini dulu yaa ceritanya. Gue harus praktikum. Doain kita bisa lulus dan nikah bareng-bareng, Guys! Semoga kesaktian Pancasila selalu mengilhami para jomblo dan pelaku LDR—yang rasanya sama aja—untuk senantiasa kuat.

Jakarta, 1 Oktober 2015
Dalam bayangan Jumat yang menggoda

Komentar

  1. Yuhuuu akhirnya gue baca lagi nih, tetep aja buat senyum2 sendirii, makasihh des udah memenuhi requestan guee, hehe semangat para jomblowers :D

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cewek Setrong Gue (Sepenggal Kesan Tentang Gadis Minang Kesayangan)

Kuliah di kampus yang menyandang nama negara ini, membuat gue banyak kenal sama orang-orang yang berasal dari berbagai suku. Indonesia kita ini kaya, Men ! Multikultur! Mau nyari pasangan model gimana juga ada. Lebih banyak pilihan. Tapi lebih susah juga sih nebak-nebak siapa jodoh kita sebenernya. Pe-er banget dah nebak-nebak jodoh . Pokoknya gue bangga sama Indonesia tercintah! Nah, di bagian ini gue mau menceritakan seseorang yang tiga tahun belakangan ini deket banget sama gue. Ya jelaslah bukan pacar . Dialah gadis Minang gue. Namanya Mutia. Lebih sering dipanggil Cimut. Dialah cewek setrong gue. Yang bisa menahan badai PHP dan terpaan angin harapan. Alah... Meski gue dan Cimut beda suku, tapi kita berteman layaknya Teletubies. Iya, cuma dia yang sering peluk-peluk dan mau gue peluk-peluk. Kalo Rika mah sok-sokan nggak mau gitu. Padahal sama-sama nggak ada yang peluk juga . Mungkin terlalu lama berteman sama mereka adalah salah satu penyebab kenapa gue ketularan j

Candala

Terkisahlah seorang perempuan yang hidup tapi tak hidup. Redup. Seperti nyala lampu minyak yang dasarnya hampir kering. Dia dilahirkan seorang ibu tapi dia tak memilikinya. Ya  lebih baik menyingkir ketimbang harus berbagi ibu dengan orang asing. Dia tidak punya bapak, pun dalam dokumen kenegaraannya. Tetangga-tetangga sering menjadikan dia dan keluarganya bahan bergunjing saat ngumpul di tukang sayur atau arisan RT. Dia pintar. Tapi pintarnya itu tak lantas jadi pujian. Mereka justru semakin memojokkannya karena beda dari anggota keluarga lainnya--keluarga yang bahkan dia tak pernah memilikinya. Keluarga yang tidak bisa dia peluk karena sudah tercerai-berai sejak dia bahkan belum tahu dosa itu apa. Dia pintar. Karena dia pintar, dia bisa pergi berguru ke tempat yang jauh. Tapi mereka menganggap dia egois karena pergi sendiri meninggalkan keluarganya yang sengsara. Mereka tak tau sesengsara apa dirinya selama hidup dikelilingi oleh orang-orang bermulut linggis. Dia tidak cantik.