Langsung ke konten utama

BAPER TAK TERBENDUNG (Curhatan Jomblo Newbie #Part 3)

Pasca nikahan Glenn-Chelsea gue merasa apa banget ini hidup. Ya lo tau sendirilah gimana kerennya nikahan mereka. Dream wedno,no, nofairytale wedding katanya! Tadinya gue bilang sama diri sendiri gini, “gilak, Des! Lo nggak boleh baper! Mereka berhak mendapatkannya! Mereka udah delapan tahun bersama, Njirrr!” Durasi pacarannya udah kek kredit rumah aja! Alah dulu gue juga hampir segitu. Hubungan mereka menyadarkan gue bahwa di dunia ini memang masih ada lakik yang sama sekali nggak mirip babi atau satwa lainnya. Tuhan, kirimkan lelaki setulus Glenn Alinskie dalam tubuh dan wajah Song Joong Ki! (AMIN)

Nikahan mereka bikin gue baper sebaper-bapernya. Tadinya, bahkan gue udah berniat untuk nggak mikirin pacaran lagi. Bukannya gue udah kebal dengan julukan jomblo dan segala hina-dina itu. Bukan. Gue tetep nggak kuat sih sama kutukan ini. Ya lo pikir aja! Gue nggak mau mikirin pacaran lagi karena gebetan gue emang nggak ada yang jelas. Tapi karena nikahan mereka—yang bikin gue kepo setengah mati di Intagram—gue kembali terserang sindrom kepengen-nikah-muda-sama-lelaki-tampan-nan-mapan.

Dan pas gue nulis ini, gebetan gue—yang beberapa hari ini entah ke mana—tiba-tiba sms dan telepon ke HP gue. Nanyain kabar gue. Nanya apa gue ngambek sama dia. Sejujurnya gue emang betek sama dia. Gue udah nggak mau berharap banyak. Tapi kenapa dia justru nongol lagi? Kenapa? KENAPA?! Ehm, sorry capslock jebol. Sepanjang hidup gue, baru kali ini ada mas-mas yang bisa bikin hidup gue jungkir-balik. Biasanya sih brondong.

Harusnya saat ini gue heboh ngerjain laprak 4 minggu—4 hari seminggu—yang masih utuh tak tersentuh dan sebuah tugas literatur STA yang nyari bahannya susah macem nyari gebetan yang ujung-ujungnya nggak jelas juga padahal. Tapi apa mau dikata. Gue nggak napsu ngerjain laprak. Asal lo tau, laprak yang bakal gue kerjain itu bisa jadi setebel novel. Gumoh sumpah! Mending gue curcol dulu aja biar nggak mumet. Ya, gue baru sadar bahwa curcol adalah defense mechanism gue dalam menghadapi tekanan akibat status laknat ini yang resmi gue sandang enam bulan terakhir.

Back to nikahan Glenn-Chelsea yang baperable. Setelah kepo habis-habisan ke seluruh sponsor nikahan mereka, runtuh sudah pertahanan gue buat jadi single istiqomah. God, gue pengen nikah 3-4 tahun lagi! Gue mau jadi emak gahol buat anak-anak gue. Gue ngomong gini karena gue totally lupa kalo saat ini lagi jomblo. Muehehe! Gimana gue mau nikah secepat itu kalo calonnya aja belom nampak? Padahal gue tipe orang yang harus bener-bener kenal luar-dalem dulu kalo mau serius sama orang. Iyalah, yang 5 tahun aja macem bangke endingnya.

Mungkin nikahan mereka akan jadi kontroversial di mata para jomblo lainnya. Bisa aja nikahan mereka dibilang memancing kecemburuan sosial, atau mengambur-hamburkan uang. Kalo gue sih—di luar konteks baperable-nya—nggak peduli mau dibilang nikahan mereka begini-begitu. Orang mereka nikah nggak minta duit sama emak gue. Lebih lagi, mereka nggak minta gue buat jadi panitia ngedanus. Kalo lo mau nikah kek mereka, ya usaha! Mending lo baper kek gue daripada lo iri hati dan dengki. Baper itu gratis dan legal kok selama nggak mengganggu keselamatan diri sendiri dan tetangga sebelah. Lo nggak perlu punya SIB (Surat Izin Bapering) ataupun sertifikat baper. Jadi baper-baperlah dengan bijak! Apasih?

Dan saat ini gue mencoba untuk memenej rasa baper itu meski berat dan tak mudah. Gue nggak boleh ngebayangin nikah-nikahan kalo jodohnya aja belom keliatan. Itu namanya mendahului takdir XD. Gue cuma harus fokus sama gebetan dan berdoa yang terbaik. Meski gebetan gue macem jelangkung, gue harus tep istiqomah PDKTnya. Gue juga harus yakin bahwa gue bisa nikah sebelom umur 25 dan dia 27.

Seumur hidup belom pernah serela ini gue sama cowok. Maksudnya, gue rela hati gue diputer-puter, dibawa terbang ke deket pesawat yang lagi otewe ke Bali, dijatohin ke palung samudera terus diselametin pake kapal selam dari Palembang. Sumpah ini cowok bisa banget nggawek-nggawekne uripku. Gue nggak ngerti sih ini karena dia sengaja ato enggak. Ato emang guenya yang kelewat baper. Sebagai jomblo newbie, gue nggak bisa disalahkan dong kalo gue baper karena dia perhatian dan sayang-sayangin gue tapi sayangnya nggak dipacarin. Gue sumpahin lo jatuh cinta sama gue seumur hidup lo dan hidup bahagia sebagai suami gue, Mas! Awas, kesaktian sumpah gue ini ngalahi Sumpah Palapa, bahkan Sumpah Pemuda. Ati-ati aja amu.. *kedipin mata*

Ah udah ah! Gue mau lanjutin SMSan (iya gue SMSan sama dia) biar setidaknya mimpi gue malem ini bakalan indah. Ha apa? Laprak? Tar dulu deh…

Jakarta, 5 Oktober 2015

Tak enteni tekamu

Komentar

Postingan populer dari blog ini

My Wedding Dream

Pepohonan hampir menyembunyikanku dari keramaian. Aku sudah berlari cukup jauh. Untung saja aku adalah mantan atlet atletik di kampus dulu. Sebuah menara kini menjulang di hadapanku seolah bangunan itu baru saja muncul di sana. Sepertinya menara itu bekas mercusuar. Oh, yeah. Aku sekarang benar-benar mirip seorang Rapunzel. Memakai gaun lebar, heels , tiara cantik, dan menemukan sebuah menara. Apa aku juga harus memanjatnya?                 Saat ini aku sedang dalam pelarian. Aku kabur dari pernikahan pantaiku. Apa lagi kalau bukan karena lelaki yang menjadi pengantinku adalah bukan yang kuinginkan. Sumpah demi Tuhan pernikahan itu memang impianku. Pernihakan tepi pantai yang serba putih dan berpasir dengan bau laut yang segar. Siapa sih yang tidak menginginkannya? Tapi pada menit-menit terakhir sebelum prosesi aku memilih kabur dan menghilang dari mata hadirin. Aku tidak ingin menghabiskan sisa hidupku dengan...

Gadis Teh di Kedai Kopi

Secangkir espresso terhidang di atas meja. Aromanya sampai ke hidungku dalam sekejap. Kulirik sejenak tangan kurus yang baru saja meletakkannya. Aku lalu mencuri pandang sekilas ke arah wajahnya. Belum pernah kulihat pramusaji yang satu ini. Wajah bersih yang manis. Tiba-tiba aku teringat pada tokoh utama dalam novel yang sedang kutulis.             “Orang baru?” tanyaku tanpa menyudahi aktivitas membaca yang sejak tadi kulakukan.             Ia tak segera menjawab meski kutunggu hingga beberapa jenak. Kulirik ke bawah, tepat ke sepatunya. Ia masih di sana, bergeming.             Aku tidak biasa dihiraukan. Kutarik napas dalam-dalam seraya meletakkan novel di samping cangkir espresso yang masih mengepul. Kualihkan pandangan pada si gadis pramusaji. “Kau tak dengar pertanyaanku?” lemparku sekali lagi.   ...

Cewek Setrong Gue (Sepenggal Kesan Tentang Gadis Minang Kesayangan)

Kuliah di kampus yang menyandang nama negara ini, membuat gue banyak kenal sama orang-orang yang berasal dari berbagai suku. Indonesia kita ini kaya, Men ! Multikultur! Mau nyari pasangan model gimana juga ada. Lebih banyak pilihan. Tapi lebih susah juga sih nebak-nebak siapa jodoh kita sebenernya. Pe-er banget dah nebak-nebak jodoh . Pokoknya gue bangga sama Indonesia tercintah! Nah, di bagian ini gue mau menceritakan seseorang yang tiga tahun belakangan ini deket banget sama gue. Ya jelaslah bukan pacar . Dialah gadis Minang gue. Namanya Mutia. Lebih sering dipanggil Cimut. Dialah cewek setrong gue. Yang bisa menahan badai PHP dan terpaan angin harapan. Alah... Meski gue dan Cimut beda suku, tapi kita berteman layaknya Teletubies. Iya, cuma dia yang sering peluk-peluk dan mau gue peluk-peluk. Kalo Rika mah sok-sokan nggak mau gitu. Padahal sama-sama nggak ada yang peluk juga . Mungkin terlalu lama berteman sama mereka adalah salah satu penyebab kenapa gue ketularan j...