Sepasang mata basah yang jatuh di atas dipan
itu milik perempuan tanpa nama
Dia memeluk malam berselimut temaram
Menyulam imaji pada satu sisi hayati
miliknya sendiri
Kebebasannya adalah tidur
Pagi hanyalah pertanda bahwa hidup yang mati dimulai kembali
Siapa yang tahu luka menganga di balik wajah manis itu?
Bahkan dia sendiri tak bisa tahu apa itu luka
Dia hanya tahu matahari tak bekerja sendiri
Dan jika malam kembali di hari berikutnya lagi
sepasang mata itu akan tetap jatuh di atas dipan
Dia berbaring di sana
menginginkan mati yang abadi
Mencintai itu api
Mencintai itu air
Mencintai itu salju
Namun mencintai juga debu
Note: saya tidak tahu alasan
apa yang mendasari saya menulis puisi. Saya orang yang kurang pandai membuat
larik yang bagus. Pada dasarnya, saya lebih suka menulis cerpen atau novel
romance, drama, atau fantasi. Tulisan ini adalah hasil dari perenungan
spontan yang saya lakukan tengah malam tadi. Puisi ini bisa bermakna sangat
luas, yang saya tahu sebuah puisi adalah kebebasan milik si penulis. Tapi di
sisi lain suatu kebebasan juga untuk para penikmatnya. Semua orang bebas
mengartikan sebuah puisi tanpa ada kata salah dan benar. Kecuali jika itu
adalah pelajaran Bahasa Indonesia. Guru anda yang akan menentukan baik tidaknya
penafsiran anda. Mari kita nikmati saja selagi tidak ada guru yang menjadi
juri. J
Komentar
Posting Komentar