Langsung ke konten utama

Debu

Sumber gambar: cedecode.deviantart.com
















Sepasang mata basah yang jatuh di atas dipan
itu milik perempuan tanpa nama
Dia memeluk malam berselimut temaram
Menyulam imaji pada satu sisi hayati
miliknya sendiri
Kebebasannya adalah tidur
Pagi hanyalah pertanda bahwa hidup yang mati dimulai kembali
Siapa yang tahu luka menganga di balik wajah manis itu?
Bahkan dia sendiri tak bisa tahu apa itu luka
Dia hanya tahu matahari tak bekerja sendiri
Dan jika malam kembali di hari berikutnya lagi
sepasang mata itu akan tetap jatuh di atas dipan
Dia berbaring di sana
menginginkan mati yang abadi
Mencintai itu api
Mencintai itu air
Mencintai itu salju
Namun mencintai juga debu


Note: saya tidak tahu alasan apa yang mendasari saya menulis puisi. Saya orang yang kurang pandai membuat larik yang bagus. Pada dasarnya, saya lebih suka menulis cerpen atau novel romance, drama, atau fantasi. Tulisan ini adalah hasil dari perenungan spontan yang saya lakukan tengah malam tadi. Puisi ini bisa bermakna sangat luas, yang saya tahu sebuah puisi adalah kebebasan milik si penulis. Tapi di sisi lain suatu kebebasan juga untuk para penikmatnya. Semua orang bebas mengartikan sebuah puisi tanpa ada kata salah dan benar. Kecuali jika itu adalah pelajaran Bahasa Indonesia. Guru anda yang akan menentukan baik tidaknya penafsiran anda. Mari kita nikmati saja selagi tidak ada guru yang menjadi juri. J



Komentar

Postingan populer dari blog ini

My Wedding Dream

Pepohonan hampir menyembunyikanku dari keramaian. Aku sudah berlari cukup jauh. Untung saja aku adalah mantan atlet atletik di kampus dulu. Sebuah menara kini menjulang di hadapanku seolah bangunan itu baru saja muncul di sana. Sepertinya menara itu bekas mercusuar. Oh, yeah. Aku sekarang benar-benar mirip seorang Rapunzel. Memakai gaun lebar, heels , tiara cantik, dan menemukan sebuah menara. Apa aku juga harus memanjatnya?                 Saat ini aku sedang dalam pelarian. Aku kabur dari pernikahan pantaiku. Apa lagi kalau bukan karena lelaki yang menjadi pengantinku adalah bukan yang kuinginkan. Sumpah demi Tuhan pernikahan itu memang impianku. Pernihakan tepi pantai yang serba putih dan berpasir dengan bau laut yang segar. Siapa sih yang tidak menginginkannya? Tapi pada menit-menit terakhir sebelum prosesi aku memilih kabur dan menghilang dari mata hadirin. Aku tidak ingin menghabiskan sisa hidupku dengan...

PUTUS GITU DEH! (Curhatan Seorang Fresh-jomblo #Part 1)

Let’s take a deep breath … Rasanya kek udah sewindu gue nggak nulis blog. Gue nggak bakalan banyak alesan sih. Karena alesannya emang cuma satu: males. Gue punya banyak waktu (secara gue fresh -jomblo) dan punya banyak cerita (curhatan pribadi). Tapi saat mau nulis barang secuil cerpen pun, gue langsung ketimpa hawa males itu sendiri. Mungkin keadaan ini disponsori oleh gaya nulis gue yang belakangan selalu berbau romance dan drama. Ya, gue akui bahwa gue kepengaruh sama keadaan hati (pas lagi bahagia- long time ago ) plus drama-drama Korea yang sukses bikin gue lupa makan, mandi, bahkan bobok. “Ah udahlah, Des, nggak usah banyak cingcong. Jujur aja kalo lo habis putus.” Tiba-tiba sebuah suara gaib membuat gue melirik ke sudut-sudut kamar. Iya, gue emang baru putus lima-enam bulan lalu. Iya, sama pacar-lima-tahun yang selalu gue banggain itu. Tapi sudahlah. Nasi sudah menjadi bubur (tinggal tambahin ayam suwir, bawang goreng sama kuah opor) buat sarapan. Puj...

Lelaki Pecandu Kata

Tanpa sadar aku terus memperhatikan lelaki itu. Ia terus-terusan membuat tingkah yang aneh sejak mataku menangkap keberadaannya. Aku sedang di tepi danau. Duduk di antara bangku-bangku semen yang banyak tersedia. Tak jauh di sebelah kiriku, di situlah lelaki itu berada. Ia sama sepertiku. Sedang duduk-duduk menikmati pemandangan danau. Satu hal yang menarik perhatianku untuk terus memperhatikannya adalah tingkahnya yang tidak biasa. Ia tidak bisa diam. Pertama aku melihatnya sedang berusaha melemparkan batu ke danau dengan cara yang aneh. Sepertinya ia sedang mencoba untuk membuat batu itu seolah bergulir di atas air danau. Dan ia sesekali berhasil setelah puluhan kali percobaannya. Ia orang yang gigih. Kedua aku melihatnya mengeluarkan sebuah notes tak bergaris. Ia menulis di sana. Gerakan tangannya begitu cepat. Aku kagum. Dalam waktu lima menit ia sudah membalik halaman notes -nya. Kupikir ia adalah seorang penulis atau semacamnya. Lelaki biasa jarang sekali membawa-bawa n...