Seperti bintang yang punya cahaya masing-masing, aku percaya pasti setiap orang punya masanya sendiri-sendiri untuk berjaya. Ya, saat ini semua itu adalah milikku. Akulah bintang itu. Bayaranku paling mahal. Wajahku sering muncul di media mana pun. Seluruh tubuhku adalah papan iklan produk-produk kenamaan. Akhir-akhir ini perusahaan-perusahaan suka sekali memberiku produk-produk gratisan yang sedang laris di pasaran. Dengan semua itu jangan dipikir aku sudah punya semuanya. Tidak. Hidupku tidak sempurna. Aku sudah tidak punya Mama. Aku sepenuhnya menentang Ayah ketika memutuskan untuk merumput di lapangan hijau. Ayahku dulu penyerang yang hebat, tapi kemudian dipaksa untuk pensiun karena cedera parah. Beliau kemudian mati-matian melarangku bermain apa pun keadaannya. Ya tentu saja aku menolak. Sepak bola adalah kehidupanku. Oh, satu lagi hal yang menghilangkan kesempurnaanku. Aku tidak punya kekasih. Bukan karena manajemen yang melarang. Juga bukan karena Ayah. Cuma hatiku selama ini
Belajar dari hidup, belajar menjadi hidup.